Opini  

Panggilan Alam untuk Bertahan Hidup di Tengah Menjamurnya Premanisme

Caption : Di tengah kota yang dikuasai premanisme, naluri bertahan hidup manusia kembali terpanggil.
Gambar tersebut menampilkan seorang pria berpenampilan lusuh dengan rambut gondrong sebahu dan janggut tipis, mengenakan kemeja kumal, membawa ransel dan tombak kayu. Ia tampak siaga di lingkungan kota kumuh yang suram, dengan bangunan tua dan kabel listrik berantakan di latar belakang. Di sekitarnya, ada tiga sosok preman dengan ekspresi garang — salah satunya bertubuh kekar bertato, satu lagi memegang pentungan, dan seorang pria berjas kulit sambil mengepalkan cerutu di mulut. Suasana gambar penuh ketegangan, menggambarkan perjuangan untuk bertahan hidup di tengah ancaman premanisme. ( Gambar ilustrasi artikel)

 

Di sini, panggilan alam itu hadir — naluri bertahan hidup yang mendorong manusia untuk menimbang risiko, memilih waktu yang tepat, dan membangun strategi bertahan. Ketika hukum formal kadang tak mampu hadir secepat ancaman datang, solidaritas sosial dan kecerdasan beradaptasi menjadi senjata utama.

 

Peran Pemerintah dan Kesadaran Kolektif

Meski naluri bertahan itu penting, bukan berarti masyarakat harus terus hidup dalam bayang-bayang premanisme. Pemerintah memiliki tanggung jawab memberantas praktek ini, memastikan keamanan, dan menegakkan keadilan. Namun yang tak kalah penting adalah membangun kesadaran kolektif bahwa premanisme hanya bisa dihapus jika ada keberanian bersama untuk menolaknya.

 

Panggilan alam untuk bertahan hidup semestinya tidak berhenti pada bertahan semata, tapi juga berkembang menjadi panggilan moral untuk memperbaiki lingkungan sosial. Ketika komunitas-komunitas bersatu, kekuatan informal seperti premanisme perlahan kehilangan ruang hidupnya.

Penutup

Premanisme adalah bagian dari dinamika sosial yang bisa tumbuh ketika ketidakadilan dan ketakutan dibiarkan. Namun, sejarah manusia selalu mencatat bahwa di balik situasi sulit, selalu ada panggilan alam yang mendorong manusia bertahan, beradaptasi, dan akhirnya melawan demi lingkungan yang lebih aman. Karena pada akhirnya, keberanian kolektif dan solidaritas sosial adalah benteng terbaik menghadapi ancaman premanisme. (Artikel ini dibuat sebagai pengisi halaman Redaksi Garut24.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *