Bagi petugas jaga, sepeda patroli menjadi kawan setia di malam panjang yang penuh risiko. “Kalau dulu kaki harus menanggung jarak yang melelahkan, kini sepeda memberi kami kecepatan. Tapi lebih dari itu, ada ruang lebih besar untuk awas, untuk menangkap gerak mencurigakan sekecil apa pun,” kata seorang petugas, keringat dingin masih menempel di pelipisnya meski matahari belum muncul.
Sepeda juga mengubah suasana patroli. Ada interaksi singkat dengan warga binaan, ada kebersamaan antarpetugas yang terasa lebih solid. Namun di balik itu, tersimpan pesan jelas: di Lapas, keramahan berjalan beriringan dengan kewaspadaan tajam.
Tak hanya internal, program ini dipertebal dengan barisan eksternal. TNI dan Polri ikut dalam sinergi pengamanan, menciptakan lapisan pertahanan ganda. Sebab menjaga Lapas berarti menjaga ketertiban masyarakat luas dari ancaman yang setiap saat bisa datang tak terduga.
Di balik kayuhan roda itu, ada pesan yang menggema: keamanan bukan sekadar pagar tinggi, kawat berduri, atau teralis besi. Keamanan lahir dari disiplin, kerja sama, dan inovasi. Di Garut, sepeda patroli kini menjadi ikon kesiapsiagaan, berputar tanpa henti, menutup celah, menjaga tembok yang tak pernah tidur. (***)