Oleh: Indra R|Fakta
GARUT24.COM – Garut, 17 Juli 2025. Setiap orang membawa kisah. Namun, tak semua kisah mau dibagikan. Apalagi ketika kejujuran terasa mahal, dan suara hati dianggap gangguan.
Di tengah gegap gempita dunia digital, ketika semua orang bisa bicara, justru semakin sedikit yang benar-benar menyuarakan hati. Ironisnya, banyak yang memilih diam. Bukan karena tak punya pikiran, tapi karena takut disalahartikan. Takut disebut lebay, narsis, atau NPD oleh konten kreator kekinian yang lebih sibuk membentuk ilusi citra daripada mengangkat realita.
Ini bukan sekadar tentang cerita maestro dan para penggemarnya yang penuh keragaman. Ini adalah gambaran bagaimana nurani kolektif sedang diasingkan pelan-pelan. Keunikan pribadi dicurigai, suara hati dicibir, dan keberanian bicara dilabeli negatif. Kreativitas kini harus tunduk pada algoritma. Orisinalitas dibonsai oleh ketakutan akan opini netizen.
Bahkan, dalam kebisuan ini, mereka yang diam sering kali dianggap bijak. Padahal bisa jadi, mereka diam karena tak diberi ruang, atau lebih parah dikunci secara sistemik oleh dominasi narasi palsu yang membius publik.
mantap brother! Kejujuran adalah pondasi peradaban. Ketika ia goyah, segala kepercayaan, harapan, dan masa depan perlahan runtuh. Kejujuran mungkin tidak membuatmu cepat sampai, tapi ia akan membawamu ke tempat yang benar, dengan kepala tegak dan hati tenang, dan
jika para pendusta memegang kekuasaan, maka kehancuran bukan sekadar kemungkinan,ia hanya tinggal menunggu waktu.
Terimakasih atas kata-kata motivasinya. Salam hormat dari kami